Obrolan Kelas Pegawai Pandit Kantoran

Jadi, mengikuti tren karena memang suka atau karna kebetulan banyak orang yang melakukan agar terlihat up to date?

Ngobrol santai bareng @elma_warmias, mengenai seberapa penting kita mempelajari bahasa asing khususnya bahasa Inggris untuk di masa sekarang, serta membahas serba-serbi tips belajar dan pengalaman berbicara bahasa Inggris pertama kalinya dengan foreigner (orang asing) secara langsung.

Di situasi pandemi yang pelik sekarang, sebagian orang memilih untuk menyimpan baik-baik uang atau harta mereka agar bisa 'survive' dari kondisi yang tidak menentu ini. Namun, tidak demikian dengan @sonymikgraha, dia melakukan investasi dengan membangun usaha yang mungkin jarang-jarang di pikirkan oleh beberapa orang.

Momen-momen hari pertama bekerja kami sebagai pegawai yang sangat naif, penuh tangis, sedih, dan air mata. Hahaha, tapi bohong!

Masih terasa hingga kini efek domino dari pandemi ini, kehidupan sosial, pekerjaan, hingga penghasilan. Semua terasa lebih sulit dari sebelumnya. Namun, secercah harapan muncul lewat adaptasi dari kelaziman baru (new normal). Pertanyaannya, apa kita sudah benar-benar siap menerapkan atau menjalankan "a new normal" ini?

Sudah sangat lazim bahwa penduduk dunia saat ini, paling tidak minimal memiliki satu akun sosial media. Iya, sosial media secara terang-terangan sudah mengubah gaya pertemanan kita selama ini. Sangat menyenangkan ketika, teman lama kita mengikuti kita di sosial media. Rindu akan kedekatan kita dahulu saat masih sering bercakap-cakap dan bergurau. Lalu harapan itu hadir kembali di saat kita kembali menghidupkan status pertemanan kita dalam sosial media. Tidak semanis harapan, nyatanya pertemanan kita kembali hidup lantaran hanya sebatas status pertemanan di sosial media. Tidak ada kelanjutan bercakap-cakap dan bergurau itu kembali seperti kehidupan nyata dahulu. Lantas, apakah memang "begini" fungsi dari sosial media itu, teman? Formalitas status pertemanan dalam bentuk daring?