Description
“Why Do We Need Bookstores”
Sebuah peradaban kota ditentukan oleh beberapa hal, salah satunya dengan kehidupan Museum, Perpustakaan dan Toko Buku. Di tahun 2000an, toko buku besar maupun kecil di Jakarta tumbuh cukup subur. Ada QB, Aksara, Kinokuniya selain juga Gramedia, Togamas dan beberapa toko buku independen. Setelah Toko Buku Kinokuniya Plaza Senayan tutup, para pembaca, penulis , penerbit dan penggiat literasi semakin khawatir: apalagi sesudah ini? Sebelumnya Toko Buku Aksara juga menyatakan berubah format online, seperti juga Toko Buku Kinokuniya kini dipusatkan ke Grand Indonesia. Persoalannya: mengapa pembaca buku tetap lebih merasa butuh toko buku? Mengapa toko-toko buku independen masih bisa bertahan? Kali ini @cominghomepodcast berkolaborasi dengan podcast @kepobuku . Yuk dengarkan diskusi bersama para host : Rane Hafied @rane , Hertoto Eko @hertoto , Steven Sitongan @ksatriabuku dan Leila Chudori.
Kepergian sutradara, penulis, bibliofil Richard Oh meninggalkan lubang besar di komunitas sastra dan film. Podcast @cominghome beberapa kali mengundang Richard sebagai narasumber karena dia adalah satu dari sedikit yang sudah banyak membaca buku-buku sastra internasional maupun Indonesia. Namun...
Published 04/19/22
Setelah gebrakan duo Jodi Kantor dan Megan Twohey melalui buku “She Said” yang berisi investigasi tentang produser Harvey Weinstein , pada tahun yang sama wartawan Ronan Farrow megeluarkan bukunya berjudul “Catch and Kill, Lies, Spies and a Conspiracy to Protect Predators” (Littlebrown, 2019)....
Published 04/05/22