Bab Mengangkat Suara Saat Khutbah dan Isi Khutbah
Listen now
Description
Bab Mengangkat Suara Saat Khutbah dan Isi Khutbah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 1446 H / 3 November 2024 M. Kajian Tentang Bab Mengangkat Suara Saat Khutbah dan Isi Khutbah Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasanya apabila berkhutbah (khutbah jumat), kedua matanya memerah, suaranya tinggi, dan amarahnya meningkat seakan-akan beliau adalah pemberi peringatan terhadap pasukan yang mengatakan: ‘Musuh akan menyerang kalian di pagi atau petang.’ Beliau bersabda, ‘Aku diutus (oleh Allah) dalam keadaan aku dan hari kiamat, seperti ini,’ dan beliau menggabungkan telunjuk dan jari tengah. Beliau juga bersabda, ‘Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.’ Kemudian beliau bersabda lagi, ‘Aku lebih berhak atas setiap mukmin daripada dirinya sendiri. Siapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya, dan siapa yang meninggalkan utang atau tanggungan, maka (kewajiban) itu kembali kepadaku dan menjadi tanggunganku.’” (HR. Muslim). Dari hadits ini kita ambil beberapa faedah, di antaranya: Faedah pertama, disunnahkan bagi seorang khatib Jumat untuk berkhutbah dengan semangat yang tinggi, seperti yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu dengan suara lantang dan sikap yang menunjukkan kesungguhan, sampai terlihat matanya memerah. Namun, ini sunnah, bukan kewajiban, karena berdasarkan kaidah fiqh, مجرد الفعل لا يدلُّ على الوجوب (sebatas perbuatan Nabi tidak menunjukkan hukum wajib). Namun tentunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ… “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21) Selain itu, disyariatkan pula bagi para makmum untuk menghadapkan wajahnya kepada khatib selama khutbah berlangsung, seperti yang disebutkan dalam riwayat-riwayat shahih. Faedah kedua, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan bahwa hari kiamat sangat dekat dengan masa diutusnya beliau. Beliau bersabda, “Aku diutus dalam keadaan jarakku dengan hari kiamat, seperti ini,” sambil menunjukkan jarinya. Jika pada masa Rasulullah jarak dengan hari kiamat sudah dianggap dekat, tentu di masa kita ini semakin dekat. Sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita memiliki banyak keistimewaan. Meskipun menjadi umat terakhir, kita akan menjadi umat yang pertama kali dihisab di hari kiamat, yang pertama kali melewati jembatan shirat, dan yang pertama kali masuk ke dalam surga. Faedah ketiga, penetapan akan adanya hari kiamat. Hari kiamat adalah sebuah kepastian, walaupun tidak semua orang mempercayainya, hari kiamat tetap akan terjadi. Allah sudah mengabarkan dalam Al-Qur’an mengenai hari itu, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga telah menyampaikan tanda-tandanya, yang banyak di antaranya sudah kita lihat terjadi. Faedah keempat, disunnahkan bagi khatib Jumat untuk mengucapkan kalimat ini:
More Episodes
Doa Lelaki untuk Wanita yang Bersin adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 16 Jumadil Awal 1446 H / 18 November 2024 M. Kajian Islam...
Published 11/21/24
Published 11/21/24
Disyariatkannya Doa Iftitah ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 16 Jumadil Awal 1446 H / 18 November 2024 M. Kajian sebelumnya: Doa antara Adzan dan...
Published 11/20/24