apa daya sebuah rupa; penyambung rasa tak berkarsa, jiwa prematur yang moksa cepatnya kau menyatu dengan semesta? warisan idealisme berserakan, pecah dan menumpahi rupa kurawa dan rahwana; oh tidak perkiranmu salah, yang basah bukan mereka apakah kau lupa mereka adalah raja dan bangsawan, punya singgasana dan banyak sudra? di ufuk rinjani lautan obor berkaca kaca; bersorak sumringah gaungkan kidung kepada kesepian dan terasing. aku penasaran, dapatkah jiwa yang moksa dirajam oleh dosa? menanggung dosa dari fanatik zonder kritis mengatas namakan kebenaran, dan berkata "kiranya aku pemuda, sekali seumur hidup, ku nikmati kemewahan terakhir" katamu bahagialah mereka yang mati muda, oh tidak, Gie. aku berkata "bahagialah dirimu, bukan karena mati muda tapi yang dahulu tegas dan keras akan prinsip dan ideologimu, di tengah konflik dan degradasi nilai kemanusiaan" "bahagialah mereka yang selagi muda, bertindak atas dasar kebenaran dan bukan kekuatan" kiranya itu pesanmu sesungguhnya, bukan?