Dari sharing session bersama Meiselina Irmayanti, kita belajar bahwa sebarat apapun tantangan sekolah doktoral di luar negeri, semuanya akan baik-baik saja. Sebagaimana Maya yang nggak pernah mengira sebelumnya bahwa beasiswa kampus yang dia dapatkan ternyata diganti dengan beasiswa pemerintah yang jauh lebih tinggi nominalnya. Perjuangan selama studi juga nggak main-main, selain masalah bahasa dan culture shock, berbekal ilmu komunikasi yang murni social science, dia juga harus belajar bahasa pemrograman dan neuroscience yang sama sekali belum pernah dia pelajari sebelumnya. Meski harus berganti supervisor karena menyesuaikan dengan kebutuhan penerapan ilmu purna studi, dukungan yang diberikan justru akan mengukuhkan posisinya sebagai ahli sesuai rekam jejak penelitiannya selama ini. Semoga dengan menyimak episode 18 kali ini, teman-teman turut tersulut semangatnya untuk melanjutkan studi.