Pada 27 Rajab lalu, saya meminta staf Divisi Zainabiyah, Siti Maimunah, yang saat ini tengah duduk di bangku kelas 3 SMP, untuk membuat sebuah puisi. Puisi yang berjudul "Hari Mulia" ini dibawakannya pada hari spesial, peringatan Yaumul Bi'tsah. Lalu, saya putar ulang rekaman saya saat melatihnya membaca puisi. Saya beri backsound, dan terciptalah musikalisasi puisi ini. Terima kasih sudah mendengarkan. Semoga setiap makna tersampaikan. 😉❤

Di dunia ini, setidaknya ada 2 tipe orang yang tengah dalam kedukaan. Tipe pertama, mereka yang lekas sembuh dari kedukaannya, karena banyak support system di sekelilingnya. Yang kedua, mereka yang tertatih-tatih dalam dukanya, karena memendam rasa sakitnya sendirian. Pernah merasakan? Terkadang, memikul beban sendirian itu menyakitkan. Sudahkah mencoba peka dan menjadi support system bagi orang-orang tersayang? Pada podcast sebelumnya, kita telah belajar tentang Recovery Pasca Kehilangan....

Indonesia tengah berduka. Belum genap satu bulan pergantian tahun, tapi negeri ini sudah dihadapkan dengan bencana alam yang beruntun. Melihat timeline media sosial, banyak sekali pamflet open donasi, membuatku terenyuh karena panggilan kemanusiaan masih begitu hidup di negeri ini. Tapi, barangkali sebagian kita lupa, ada satu hal yang tidak kalah penting dari bantuan materil, yaitu bantuan moril. Pernahkah bertanya, "Bagaimana cara saya untuk membersamai mereka yang tengah berduka?" Karena...

Ditulis dan dibacakan oleh saya, di momen berharga; wiladah Sayyidah Zainab, cucunda Nabi tercinta.

Kalau kita belajar fenomenologi, kita akan mendapati bahwa; Kesembuhan seseorang, ternyata bergantung pada kesediaan kita untuk Memahaminya. Semakin kita memahami, semakin dia punya kemungkinan untuk sembuh lebih cepat. Dan, semakin kita menghakimi, semakin dia punya kemungkinan untuk sembuh lebih lama. Dan, menurutku, kesembuhanku pribadi, juga bergantung pada kesediaanku untuk Memahami Diriku Sendiri. ........ Then? ....... Izinkanku merefleksikan pengalamanku di sini. Pengalaman...

Diambil dari karya Fiersa Besari dalam bukunya yang berjudul "Garis Waktu" halaman 185. #UntukkamuyangrinduBapak, semogasukak! ❤

Sebuah narasi karya Fiersa Besari, dalam bukunya yang berjudul "Garis Waktu" halaman 7. ~~~~Ups maaf.. sudah lama tak membuat podcast. Anggap saja ini selingan, sembari menanti podcast yang sesungguhnya datang. (ehhh macam punya pendengar setia aja... PD nya kebangetan 😂). Enggakpapa lah yaaaa 😅 Semoga kalian suka! 😁❤

Kawin cerai - kawin cerai - kawin cerai, kini sudah seperti hal yang wajar. Seperti tidak meninggalkan dampak yang besar. Dampak bagi anak, maupun trauma bagi yang melakukan. "Tapi, banyak juga kok yang tetap bertahan." Iya sih, tapi ternyata, banyak juga loh yang bertahun-tahun menjalani pernikahan, tapi terjebak pada suasana yang penuh ketidakharmonisan. Atau terlalu memaksakan keinginan, sampai-sampai anak yang jadi korban. Atau terlalu memanjakan, sampai-sampai anak nggak punya...

Kita terbiasa menilai setiap orang berdasarkan apa yang ditampilkan. Tapi tidak pernah tahu, kehidupan seperti apa yang membentuknya menjadi demikian. Terkadang, kita perlu mendalami kehidupan setiap orang untuk memperoleh pelajaran berkesan. ➖➖Pernahkah kita menyaksikan individu yang seolah antisosial? Pernahkah merasa ingin meluapkan perasaan tapi selalu tertahan di pikiran? Pernah tidak, menyaksikan orang tua yang kurang perhatian dan ingin sekali menjadi orang tua terbaik di masa depan?...

Pernah merasa sulit memahami orang lain? Pernah merasa kurang bisa memahami atau menerima sikap/perilaku lawan bicara terhadap kita? Pernah bertanya-tanya bagaimana cara agar dapat memperlakukan orang-orang dengan tipe kepribadian yang berbeda dengan tepat? Pernah tidak, bertanya tentang bagaimana bisa memahami karakter orang dalam waktu singkat? Setiap orang unik dengan karakternya masing-masing. Semakin kita memahami perbedaan itu, semakin kita mengerti bagaimana sebaiknya memperlakukannya....