Eps 08 - Setelah Seberjuang Itu
Listen now
Description
Eps 14 - Setelah Seberjuang Itu Melelahkan yah, berjuang seorang diri.  Kita pernah seberjuang itu, untuk seseorang yang kita sebut cinta. Memberikan segala hal yang kita punya. Tak terhitung rasanya. Tapi jangan sesali, setidaknya kita telah berjuang hebat.  Rasanya melelahkan, peduli pada orang yang bahkan tak pernah mau tahu tentangmu Rasanya menyakitkan, berjuang untuk seseorang yang bahkan tak pernah menganggapmu ada Rasanya menyesakkan, menyayangi seseorang yang bahkan hatinya tidak pernah untukmu Rasanya menyebalkan, selalu ada untuk seseorang yang bahkan acuh padamu Rasanya menyedihkan, selalu berusaha menjadi pelangi untuk seseorang yang bahkan buta warna. Dan lalu, rela itu akhirnya berlari-lari kuat, membiarkan tubuh terpukul sakit menabrak rintangan. Jatuh-jatuh berkali-kali tersandung batu-batu, tapi bangkit lagi lalu lari lagi. Kuat-kuat lagi. Terpukul lagi. Jatuh lagi. Lalu tiba di sana dan ternyata yang kau kejar diberikan kepada yang lain. Tapi tenang saja, suatu saat bila waktunya telah tiba akan datang seseorang yang akan menemanimu berjuang, menerimamu selapang kau menerima, dan mencintaimu seikhlas kau mencintai. Setiap manusia, sudah memiliki takdirnya masing-masing. Tugas kita hanya tenang, bahwa rela itu, tak mendapatkan tapi tetap tersenyum tenang, percaya tenang, ikhlas tenang. Walau kau sudah seberjuang itu. Setelah sedihmu hari ini, akan menjadi syukur suatu saat nanti, di waktu yang tepat pada orang yang tepat. Pengisi Suara : Tuan Penulis: Tuan  --- Send in a voice message: https://anchor.fm/potret1/message
More Episodes
“Semesta itu adil. Pun jika belum masuk akal hari ini, lusa atau entah hari apa. Keadilan semesta akan datang, mengetuk pintu rumah kita, dengan membawa hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan, sebelumya”   Semesta membuat racikan takdir yang berbeda-beda, pada tiap-tiap...
Published 06/14/22
Published 06/14/22
Di Hari Raya, aku lebih memilih untuk berziarah rindu di hadapan kaleng kudapan kesukaan seseorang yang kini tak lagi bisa ku sentuh dan lihat.  Aku lebih memilih menebar bunga di tempat-tempat yang dulunya ada ceritaku dengannya.  Di kursi kayu tempat aku duduk dengannya, mau pun di...
Published 05/01/22