Eps 09 - Perempuan Ku
Listen now
Description
Eps 09 - Perempuan Ku Apa kabar? Ku harap baik-baik saja. Aku juga, sama baik.  Sekarang kamu sama siapa? Pacar? Mantan?  gebetan? Atau sama suamimu? Aku sedang duduk di halaman rumah, menikmati sebatang rokok ditemani secangkir kopi hitam hangat. Yang kelak diseduhkan tanganmu.  Perempuan ku, berdamaikan kau dengan Tuhan? Atau masih mencari alasan dan waktu yang tepat untuk berdamai?  Aku pun sama, masih mencoba dan terus berusaha.  Adakah baik agamamu atau belum, aku tak mengapa. Bila kelak saat bertemu, kita belum baik, mari belajar bersama.  Aku percaya, setiap manusia punya celah untuk salah. Jadi jangan malu, kita saling memperbaiki.  Perempuan ku, masih kah kau menjaga sucimu? Atau pernah ternoda? Halal haram hubungan lalumu, jelas bukan hak ku untuk tahu itu.  Hanya saja, bila kesucian gagal kau jaga, sangat tak apa. Selama kau mampu mencintai ku seutuhnya, sungguh tak apa.  Tiap manusia memiliki titik tersalah, di dalam hidupnya. Aku juga, kamu juga. Harusnya cinta mampu menerima bukan? Dan aku yakin, hati tak ada bekasnya, selalu murni, tak terpengaruh hal-hal ragawi.  Sebagai laki-laki, tentu aku ingin utuhmu lahir  batin. Tapi aku sadar, aku pun tak utuh, tak sebaik itu.  Dan sebagai manusia, aku ingin diterima selapang aku menerima. Mencintai seikhlas aku mencintai.  Perempuan ku, adakah aku pantas untukmu atau tidak? Aku tak pernah tahu.  Banyak lubang yang ku lalui saat mencarimu, banyak luka yang ku dapati saat menujumu.  Kini, aku tengah membenahi, menempuh perjalanan menghapus luka, dan memantaskan diri untuk bisa kau miliki.  Adakah kau sama dengan ku? Ku harap tidak, pun jika memang kamu juga tengah menempuh perjalanan yang sama, tak apa.  Semoga kau menemukan tujuan mu. Dan bila waktunya tiba, aku ingin kita saling menyembuhkan dan mengubur dalam-dalam semua hal pahit yang sudah kita dapati dalam perjalanan untuk saling menemukan.  Semoga tepat waktu. Pengisi suara : Tuan Penulis: Tuan --- Send in a voice message: https://anchor.fm/potret1/message
More Episodes
“Semesta itu adil. Pun jika belum masuk akal hari ini, lusa atau entah hari apa. Keadilan semesta akan datang, mengetuk pintu rumah kita, dengan membawa hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan, sebelumya”   Semesta membuat racikan takdir yang berbeda-beda, pada tiap-tiap...
Published 06/14/22
Published 06/14/22
Di Hari Raya, aku lebih memilih untuk berziarah rindu di hadapan kaleng kudapan kesukaan seseorang yang kini tak lagi bisa ku sentuh dan lihat.  Aku lebih memilih menebar bunga di tempat-tempat yang dulunya ada ceritaku dengannya.  Di kursi kayu tempat aku duduk dengannya, mau pun di...
Published 05/01/22