Eps 15 - Lelaki itu Bapak Namanya
Listen now
Description
Eps 15 - Lelaki itu Bapak Namanya Lelaki itu Bapak namanya, yang paling merasa khawatir saat menantikan kelahiran anaknya. Lelaki itu Bapak namanya, yang paling bahagia saat melihat anaknya berhasil menggapai tujuannya.  Lelaki itu Bapak namanya, yang paling bersedih saat mengetahui hal buruk tengah menimpa anaknya.  Lelaki itu, Bapak namanya, yang diam-diam selalu menanyakan segala hal tentang anaknya pada Ibu.  Lelaki itu, Bapak namanya, yang paling sibuk saat menjelang pernikahan anaknya meski akhirnya paling dilupakan setelahnya.  Lelaki itu, Bapak namanya, yang paling menangis saat menyaksikan anaknya mengucapkan akad nikah sebab merasa sangat bersalah karena merasa belum mampu berikan apa-apa.  Lelaki itu Bapak namanya, yang dalam diamnya hanya berisi doa untuk kebaikan hidup anak-anaknya.  Lelaki itu Bapak namanya, yang meski tubuhnya renta dan lelah di hajar keras dunia, namun tak sekali pun ia berujar keluh.  Lelaki itu Bapak namanya, yang peluhnya jarang kita hargai tapi cintanya tak pernah pudar untuk anaknya.  Lelaki itu Bapak namanya, yang sikap tegas selalu kita anggap kekejaman.  Lelaki itu Bapak namanya, yang tak pernah berkata tapi hatinya luka oleh sebab kita tak pernah punya waktu untuk sekadar berbincang dengannya.  Lelaki itu Bapak namanya, yang kerap berucap, maafkanlah bapakmu nak, jikalau ada yang kurang dariku. Lelaki itu Bapak namanya, yang diamnya doa, keringat doa, lelahnya doa, bahkan kematiannya doa.  Pengisi Suara : Tuan Penulis : Tuan --- Send in a voice message: https://anchor.fm/potret1/message
More Episodes
“Semesta itu adil. Pun jika belum masuk akal hari ini, lusa atau entah hari apa. Keadilan semesta akan datang, mengetuk pintu rumah kita, dengan membawa hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan, sebelumya”   Semesta membuat racikan takdir yang berbeda-beda, pada tiap-tiap...
Published 06/14/22
Published 06/14/22
Di Hari Raya, aku lebih memilih untuk berziarah rindu di hadapan kaleng kudapan kesukaan seseorang yang kini tak lagi bisa ku sentuh dan lihat.  Aku lebih memilih menebar bunga di tempat-tempat yang dulunya ada ceritaku dengannya.  Di kursi kayu tempat aku duduk dengannya, mau pun di...
Published 05/01/22