Eps 18 - Buku Harian Rindu
Listen now
Description
Eps 18 - Buku Harian Rindu Semua yang tak lagi bisa aku lihat, sentuh dan dengar. Semuanya bersekongkol untuk membuat buku harian rindu, untukmu. Jika sempat serta mampu kau jangkau, bacalah.  Di dadaku. Rindu serupa anak semata wayang yang rapuh. Terlahir dari keluarga sederhana, yang sedang berada diujung tanduk. Ayahny bernama waktu, dan Ibunya bernama ingatan.  “Rindu, jika Ayah dan Ibu bercerai, kamu mau ikut siapa?” “Bolehkah aku hidup di dalam buku harianku sendiri, tanpa harus memilih salah satu dari kalian?” kata rindu Memilih Ayah dan Ibu, ingatan dan waktu. Memanglah tidak mudah bagi rindu.  Jika memilih waktu, itu artinya rindu harus merelakan ingatan tentangnya terhapus perlahan-lahan dan digantikan oleh ingatan yang baru. Sedangkan jika memilih ingatan, itu artinya rindu harus memperpanjang usia penyesalan, kesedihan dan kehampaan yang menghuni relung-relung hatinya.  Karena melupakan dan terlupakan. Bagiku sama-sama mengerikan. Oleh karena itu, aku memilih hidup abadi dalam buku harianku sendiri. Kata rindu.  Rupanya, tekat rindu sudah bulat. hari demi hari rindu memungut cerita masa lalunya dengan sabar. kemudian satu persatu dituliskan dalam buku hariannya. mulai dari cerita pertemuan yang tidak pernah terduga, hingga cerita tentang perpisahan yang sebenarnya tidak pernah direncanakan. semua tersusun rapi, lengkap serta tanpa ada yang terlewatkan satupun.  Memangnya apa yang mau kamu coba buktikan dengan pilihan itu?  Entahlah, mungkin suatu saat nanti. Entah kapan.  Ketika hatinya dihantui penyesalan dan pikirannya merasa tersesat tidak tau arah jalan untuk pulang ke tempat yang seharusnya dia tempati. aku yakin, buku harian rindu ini bisa sedikit membantu ingatannya. Itu saja, semoga.  Pengisi Suara : Tuan Penulis : Waras Hati --- Send in a voice message: https://anchor.fm/potret1/message
More Episodes
“Semesta itu adil. Pun jika belum masuk akal hari ini, lusa atau entah hari apa. Keadilan semesta akan datang, mengetuk pintu rumah kita, dengan membawa hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan, sebelumya”   Semesta membuat racikan takdir yang berbeda-beda, pada tiap-tiap...
Published 06/14/22
Published 06/14/22
Di Hari Raya, aku lebih memilih untuk berziarah rindu di hadapan kaleng kudapan kesukaan seseorang yang kini tak lagi bisa ku sentuh dan lihat.  Aku lebih memilih menebar bunga di tempat-tempat yang dulunya ada ceritaku dengannya.  Di kursi kayu tempat aku duduk dengannya, mau pun di...
Published 05/01/22