Eps 20 - Cerita Sahur
Listen now
Description
Eps 20 - Cerita Sahur Tuhan, pagi ini rasanya sangat berbeda. Entah aku harus menyambut bulan baik ini dengan perasaan yang seperti apa? Bahagia kah? Senang kah? atau lagi-lagi harus ku awali dengan sebuah tangis dan ingatan yang terluka. Entah, makanan macam apa yang harus aku santap. sementara semua makanan rasanya sangat hambar di pandanganku. Bukankah, sahur harusnya dilewati dengan penuh kegembiraan dan kesyukuran. Tapi, satu-satunya kegembiraan dan kesyukuran yang aku miliki, adalah kenangan terakhir sahur di ruang tengah dengan keluarga yang utuh. dan ruang, telah mencuri itu. Bukankah, sahur harusnya dilewati dengan makan secukupnya. Tapi, satu-satunya rasa cukup yang aku miliki, adalah kenangan terakhir saat menemani Ibu yang terburu-buru memasak hidangan sahur, sembari menunggu Ayah membangungkan adik-adikku serta mendengar celoteh adik-adikku yang kebingungan memilih mana makanan yang akan disantap terlebih dahulu. dan waktu, juga sudah mencuri itu. Tuhan, bukankah bulan baik tidak hanya berbaik hati pada kebaikan. Juga pada ingatan baik seorang anak yang sedang menahan rindu sesak di dadanya. Tuhan, bukankah bulan baik tidak hanya berbaik hati pada kebaikan.Bukan pada rasa sakit seorang anak yang tak bisa menikmati sahur pertama dengan keluarganya. Tuhan, bukankah bulan baik tidak hanya berbaik hati pada kebaikan. Bukan pada hati kecil seorang ibu atau ayah yang takut bila saat sahur hari ini tak cukup makanan untuk di makan. Bukan aku ingin berkeluh, aku mensyukuri segala nikmatmu. Aku menerimanya, bagaimana pun aku sadar semua cerita sahur itu telah berakhir. kita hanya bisa menerimanya, dan berharap ada kabar baik yang sempat tertunda bisa datang tepat waktu di bulan baik ini. Pesanku, untuk siapapun yang punya cerita sahur dengan keluarga yang utuh. pun hanya dengan segelas air putih dan dengan tiga potong telur kecil, bersyukurlah. Terimalah dengan kelapangan dadamu seluas-luasnya. karena itu jauh lebih dari manis dan jauh lebih dari cukup. Pengisi Suara: Suara Tuan Penulis: Suara Tuan --- Send in a voice message: https://anchor.fm/potret1/message
More Episodes
“Semesta itu adil. Pun jika belum masuk akal hari ini, lusa atau entah hari apa. Keadilan semesta akan datang, mengetuk pintu rumah kita, dengan membawa hal-hal yang tidak pernah kita perkirakan, sebelumya”   Semesta membuat racikan takdir yang berbeda-beda, pada tiap-tiap...
Published 06/14/22
Published 06/14/22
Di Hari Raya, aku lebih memilih untuk berziarah rindu di hadapan kaleng kudapan kesukaan seseorang yang kini tak lagi bisa ku sentuh dan lihat.  Aku lebih memilih menebar bunga di tempat-tempat yang dulunya ada ceritaku dengannya.  Di kursi kayu tempat aku duduk dengannya, mau pun di...
Published 05/01/22