Penyangkalan Diri
Listen now
Description
Kehidupan kita gagal kalau kita tidak serupa dengan Yesus. Menjadi seorang yang kaya atau miskin, cantik atau buruk rupa, menikah atau tidak menikah, punya anak atau tidak, semua itu bukan masalah wajib, bukan hal utama. Tapi yang utama adalah kehidupan yang tak bercacat tak bercela, serupa dengan Yesus. Ini yang sebenarnya Tuhan kehendaki. Masalahnya, untuk menjadi seorang yang tidak bercacat tidak bercela, berkarakter serupa dengan Kristus bukanlah hal yang mudah, karena kita sendiri sudah punya karakter. Dan karakter itu sudah menyatu, sudah melekat di dalam diri kita. Jadi, tidak mudah dilepaskan.  Tetapi sebagai orang yang mau mengikut Yesus—bukan mengikut diri sendiri—maka kita harus menanggalkan semua sifat atau karakter di dalam diri yang tidak sesuai kehendak Allah. Itulah yang dimaksud dengan menyangkal diri. Maka, menyangkal diri itu mutlak. Penyangkalan diri ini bukan satu hari, satu minggu, satu dua tahun, tidak cukup sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun pun bahkan tidak cukup. Sepanjang umur hidup kita adalah proses penyangkalan diri, supaya sifat-sifat, karakter kita yang buruk bisa ditanggalkan.  Di dalam Efesus 4:22, firman Tuhan mengatakan, “Bahwa kamu berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu harus menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Jadi, walaupun kita berpendidikan tinggi, punya pasangan hidup yang baik, punya anak-anak yang sempurna, ekonomi yang limpah, tubuh yang sehat, atau mungkin bahkan memiliki kedudukan, pangkat, gelar, kekuasaan, tapi kalau kita tidak menjadi manusia baru di dalam Tuhan, semua itu percuma.  Kalau Alkitab berkata, “Kumpulkan harta di surga,” itu artinya menjadi manusia baru yang terus-menerus dibarui. Dan Tuhan mau memproses kita menjadi manusia baru melalui segala pengalaman yang kita alami. Bahkan sering pengalaman-pengalaman yang pahit dan pedih, justru memiliki peran yang sangat besar dalam mengubah kita. Kalau kita memandang hidup dari sudut pandang ini, maka tidak ada masalah yang menjadi berat; hidup kita akan terasa ringan, apa pun yang sedang melanda hidup kita. Ingat hidup kita singkat, sangat singkat. Selain singkat, kita juga tidak tahu kapan kematian datang menjemput kita.  Jadi, mari kita memandang hidup dari sudut pandang ini. Tidak ada penghiburan yang lebih besar dari ini. Pandanglah hidup dengan cara pandang yang benar bahwa hidup ini singkat, dan kita hidup bukan untuk memiliki suami, anak, rumah, gelar, pangkat, kekuasaan, kecantikan, atau apa pun melainkan hanya untuk meraih karakter anak-anak Allah. Dan musuh yang terselubung itu adalah diri kita sendiri. Kebengisannya, kekejamannya, sikap tidak mau mengalah, pikiran materialisme, pikiran zina, tidak menghormati orang tua, egois. Manusia lama ini yang harus disembelih dari hari ke hari.  Ironis, banyak orang Kristen yang tidak melakukan proses ini, karena merasa ‘sudah percaya’ Tuhan Yesus. Ya, padahal percaya itu menyerahkan diri kepada objek yang dipercayai bukan hanya dengan mulut atau pikiran, setuju saja. Jika objek yang kita percayai adalah Tuhan, berarti kita mau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Maka kita harus kenali diri kita ini. Setiap hari Tuhan akan memunculkan karakter asli kita melalui peristiwa-peristiwa hidup. Jadi apabila kita dilanda masalah berat, sejatinya di balik peristiwa itu, Tuhan mau mengajak kita untuk melihat bahwa tujuan hidup kita bukan rumah tangga, keluarga, atau pekerjaan, namun bagaimana kita serupa dengan Yesus, menjadi anak-anak Allah yang berkarakter luhur dan agung.  Maka, apa pun yang terjadi jangan membuat kita menjadi galau, upset, stres, depresi sampai tenggelam. Kita harus harus melihat hidup dari sudut pandang kekekalan, hidup ini singkat dan hidup di dunia ini sesungguhnya hanya persiapan untuk kekekalan...
More Episodes
Banyak orang bisa di perpustakaan dari pagi sampai sore, 7 hari seminggu, tapi untuk berdoa 30 menit, ia tidak sanggup. Memang sulit, tapi kita harus menembus kejenuhan itu, menembus kebosanan itu. Sampai kita bertemu Tuhan dan berkata, “Di sini tempatku.” Orang-orang hebat di Alkitab adalah...
Published 06/01/24
Published 06/01/24
Kalau kita hanya mengisi pikiran kita dengan pengetahuan, walaupun itu adalah kebenaran murni, tidak cukup mengubah. Karena kebenaran yang kita pahami tidak bisa terperagakan menjadi daging kalau tidak dihadiri Allah di dalam hidup kita. Kalau sampai bisa, artinya kebenaran atau pengetahuan...
Published 05/31/24