Cerita fiksi: catatan psikopat #predator - bag. 27. Iseng | thriller horror #alurcerita
Listen now
Description
Di sebelah rumahku ada ruko yang biasa mengantarkan barang-barang dalam kardus ke toko-toko kecil hingga besar. Waktu aku sedang melihat aktivitas itu melalui balkon kamarku, ide jahil melintas dalam kepalaku. Karena aku tak suka menunda. Aku lalu turun ke bawah dan pergi ke sana. Ibuku yang sedang menyiapkan makan malam di dapur sempat menegurku mau kemana. Tapi kujawab bahwa aku mau belanja sebentar keluar. Ibuku hanya mengangguk setelahnya dan tanpa mencurigaiku sama sekali yang sedang menyembunyikan tang ditanganku. Aku tersenyum membalasnya. Aku lalu pergi keluar dan berbelok dengan mengendap memasuki ruko. Sebelumnya aku sudah mematikan listriknya sebentar agar aku tak ketahuan. Dengan menyelinap di antara tumpukan kardus yang berserakan aku akhirnya bisa sampai ke dalam. Ternyata ada banyak sekali barang di dalamnya. Aku lalu berjalan lebih ke dalam untuk melihat-lihat barang kali ada yang berbeda. Tapi ternyata sama saja. Di dalam hanya tumpukan kardus. Merasa bosan aku jadi ingat kembali dengan ide jahilku. Bersamaan dengan itu, lampu kembali dinyalakan. Kukira akan terang benderang. Ternyata hanya ada sedikit lampu yang menyala. Sebagian besar hanya remang. Seorang anak laki-laki yang kutaksir usianya masih tanggung alias kalau dia sekolah mungkin masih SMP ---menarik perhatianku. Aku rasa dia cocok jadi objek kejahilanku. Ah, persetan dengan orang-orang sekitarnya. Itu bukan urusanku. Ia saat itu sedang berada di pojokan sendirian. Tengah menyusun barang ke dalam kardus baru. Aku lihat-lihat sekitarnya tak ada siapapun. Ceh, berani sekali dia. Aku lalu mengendap mendekatinya. Dan saat sudah tepat berada di belakangnya, ternyata ada beberapa orang yang masuk mengampirinya. Aku terpaksa menunda. Kukira mereka segera pergi dari sana, tapi ternyata malah bertahan cukup lama. Aku mengintip jumlah mereka yang ternyata ada 5 orang. Itu masih sedikit dibanding yang pernah aku mainkan sebelumnya. Aku melihat pada jam di tanganku yang setengah jam lagi adalah waktunya ibu mengajakku makan malam. Sekali lagi kuperhatikan sekitar tak lagi ada karyawan lain selain hanya tersisa mereka berlima saat ini. Aku pun muncul bak maling yang ketahuan. Sengaja. Karena begitu mereka mengampiriku, aku langsung dapat menyentuh mereka dan mengontrol mereka sesuai kemauanku. Selagi mereka berdiri diam seperti orang bodoh, aku pergi ke depan untuk memastikan semua truk pengangkut telah pergi. Setelahnya barulah aku kembali masuk ke dalam. Tak ingin memakan banyak waktu. Aku memakai lebih dulu semua sarung pelindung jejak. Setelah itu, dengan menggunakan tang yang sedari tadi kugenggam, dengan bergantian aku menarik dan memutar hidung mereka satu persatu. Dilanjut dengan telinga yang membuat 3 di antara mereka langsung terputus. Sehabis itu aku mematahkan jari mereka dengan memutar geraknya membalik. Karena fungsi alatku terbatas, aku lalu berkeling mencari sesuatu yang lebih seru. Aku menemukan staples besar. Aku lalu menempelkan ke wajah mereka satu persatu hingga isi staples itu habis. Aku juga menemukan cutter. Tentu saja langsung kugunakan untuk menyayat daging mereka. Aku juga memotong nadi mereka hingga darah menggenang. Mereka masih bernapas walau lemah. Tapi efek pengaruhku terlalu kuat sampai membuat mereka sulit kembali sadar meski sudah kubuat hancur. Mereka hanya akan bisa kembali kalau aku mau saja. Aku lalu mengambil lima kardus. Tapi sebelumnya kubungkus dulu tubuh mereka dengan plastik sampai bisa terlipat dan dapat dimasukan kedalam kardus kecil. Barulah kemudian kumasukan lagi ke dalam kardus yang lebih besar. Aku pastikan kardus yang itu tidak ada noda darah yang menempel. Kupastikan dengan merekatkan kuat plester dan staples yang sudah kuisi lagi agar kuat menahan tubuh mereka. Aku lalu memindah kardus berisi calon bangkai itu ke bagian tumpukan kardus paling belakang. Setelahnya,
More Episodes
Waktu itu aku sempat heran dengan sebuah kamar di rumah nenekku yang besar. Kamar itu katanya dulu ditempati sama anak nenek yang meninggal waktu usianya masih seumuranku. Katanya dulu dia meninggal karena tewas terseret ombak saat berenang di laut. Hal yang membuatku heran bukan karena nenek...
Published 08/05/21
Saat ini aku memang seakan terlihat seperti pecundang yang jalan hidupnya nggak tahu mau dibawa kemana Kesannya juga aku kayak orang yang tidak memiliki tujuan hidup sama sekali Hidup sekedar hidup dan berjalan seperti air yang mengalir Tak jarang aku kerap kali mendapati dengan bagaimana sudut...
Published 07/31/21
Kirin itu hanya seorang anak kecil berusi 5 tahun. Dia gemar bermain skateboard sejak pertama kali diajari oleh ayahnya. Meski nggak terlalu lihai, Kirin tetap suka bermain hingga jatuh berkali-kali. Suatu hari, ayah Kirin mengajak untuk bermain di sebuah taman yang ada arena untuk bermain...
Published 07/30/21