Apakah kau tahu kapan kegembiraan bisa meletup di dadaku? Ya, itu adalah saat aku tahu kau berhasil mencapai tujuaanmu setelah melewati semesta yang keras.
Namun aku tetap berdoa. Pun sebelum aku mengirim pesan perihal kepergianmu yang selalu tak bisa kau eja karena kepalamu setebal batu sehingga waktu cuma memberiku luka paling runcing.
Kita cukup sering merayakan Jakarta dengan air mata; perihal gigih perjuangan, adu cepat naik jabatan, sikut-sikutan… atau lebih sering karena perpisahan.